Senin, 10 Februari 2014

Benar-Salah itu Relatif, Baik-Jahat itu Absolut



Benar-Salah itu Relatif

Berbicara tentang sesuatu yang relatif berarti berbicara tentang sesuatu yang tidak tetap, sesuatu yang dapat berubah, dan sesuatu yang bisa dipandang dengan perspektif yang berbeda. Benar-salah dapat dikatakan relatif karena sesuatu yang dianggap benar atau salah tergantung dari bagaimana perspektifnya.

Bagaimana contoh nyata bahwa benar-salah itu relatif?

Sebenarnya ada banyak contoh nyata yang menunjukan bahwa sesuatu yang benar ataupun salah itu relatif. Apakah anda tahu apa yang menjadi enyebab konflik di seluruh dunia? Ya penyebabnya adalah tentang “kebenaran”. Perang dunia 1 dan 2 terjadi karena masing-masing dari mereka membela apa yang benar menurut mereka. Konflik-konflik sosial ataupun keagamaan terjadi juga karena masing-masing dari mereka membela apa yang benar bagi mereka. Bahkan mungkin jika kita berdebat dengan orang lain, kita akan merasa benar dan lawan debat kita pun akan merasa benar.

 Tetapi sebenarnya apa yang kita anggap benar itu belum tentu benar pula bagi orang lain. Hitler yang merupakan pemimpin Nazi merasa dirinya paling benar, tetapi dunia menganggap sebaliknya. Hitler merasa rasnya lah yang paling hebat di dunia tetapi nyatanya banyak orang yang menentangnya hingga akhirnya dia lengser. Tokoh-tokoh dunia seperti Nelson Mandela pun juga walaupun sudah melakukan sesuatu yang benar tetapi mereka malah dianggap salah dan dipenjarakan bahkan banyak yang dibunuh. Bahkan Tuhan Yesus pun walaupun Dia telah memberitakan kebenaran yang sesungguhnya tetapi banyak yang menganggap Dia bersalah dan malah Dia disalibkan oleh kaumnya sendiri.

Kita harus menyadari bahwa sesuatu yang dianggap benar itu tidaklah selamanya bisa dianggap benar.  Dulu dunia meyakini bumi adalah pusat dari tata surya. Dulu. Itu benar. Hingga Copernicus menguatkan teori Galileo Galilei. Dulu orang beranggapan tidaklah mungkin manusia bisa terbang hingga akhirnya ditemukannya pesawat. Dahulu adalah sesuatu yang tidak mungkin jika kita bisa berbicara dengan orang lain secara langsung dari jarak jauh hingga ditemukannya telepon yang mengubah dunia.

Baik-Jahat itu Absolut

Kadang memang kita terlalu sibuk berdebat untuk menentukan sesutu yang benar hingga lupa berbuat kebaikan. Padahal kebenaran itu bersifat relatif bagaimana cara kita memandangnya. Tetapi yang mutlak/absolut adalah kebaikan. Ya, sesuatu yang baik dan jahat itu adalah sesuatu yang sudah pasti. Misalnya seperti membunuh. Kita tau membunuh itu perbuatan jahat dan tidak bisa dibilang baik. Tetapi membunuh bisa dibilang salah karena perbuatan jahat, bisa juga dibilang benar jika dalam kondisi tertentu misalnya saat berperang. Jika saat berperang tidak membunuh musuh, ada kemungkinan kitalah yang akan dibunuh oleh musuh.

 Seharusnya sejak jatuh dalam dosa, manusia itu sudah bisa membedakan mana yg BAIK dan yg JAHAT. Pada saat itu Tuhan telah membuat taman Eden untuk tempat tinggal manusia. Di dalamnya terdapat segala kebutuhan manusia. Saat itu Tuhan hanya memberikan sebuah perintah kepada manusia yaitu tidak boleh memakan buah dari pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat. Tetapi apa yang terjadi? Manusia tidak menaatinya dan memberontak kepada Allah sehingga mereka jatuh kedalam dosa. Maka akhirnya manusia diusir dari taman Eden dan tidak diperbolehkan kembali lagi.

Jadi sebenarnya sejak jatuh ke dalam dosa, manusia sudah bisa membedakan yang baik dan jahat sama seperti Allah. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah walaupun sudah bisa membedakan yang baik dan jahat, kenapa manusia masih berbuat kejahatan dalam hidupnya??

1.      Manusia sudah mati karena dosa

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. (Kejadian 2:16-17)

Mati disini bukan berarti mereka meninggal dunia, tetapi adalah putusnya hubungan dengan Allah. Allah sudah memperingatkan mereka untuk tidak memakan buah tersebut tetapi mereka melanggarnya sehingga mereka mati. Sebelumnya manusia bisa dengan bebas bertemu Allah, berkomunikasi dan berinteraksi, tetapi setelah jatuh kedalam dosa ada jurang yang memisahkan itu semua sehingga manusia sudah putus hubungan dengan Allah. Manusia tidak lagi bisa melihat Allah serta kebenarannya. Manusia tidak memiliki lagi keselarasan pandangan dengan Allah. Itulah sebabnya manusia masih saja berbuat kejahatan dan tidak menyadarinya karena mereka menganggap apa yang dikakukannya itu benar bagi mereka, tetapi tidak bagi Allah.

2.      Manusia terikat oleh kutuk dosa

16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." 17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18  semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19  dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:16-19)

Manusia tidak dapat melihat kebenaran yang sesungguhnya karena mereka masih terikat dengan dosa. Allah mengutuk manusia itu sehingga ia harus bersusah payah dalam hidup. Padahal sebelumnya di taman Eden mereka bisa saja hidup enak tanpa harus bersusah payah tetapi saat putus hubungan dengan Allah, mereka tidak dapat menikmati itu semua. Oleh karena mereka sudah terikat dengan dosa, iblis dengan sangat leluasa bisa menyesatkan manusia. Iblis membuat manusia yang walaupun sudah bisa membedakan yang baik dan jahat menjadi tidak memahami kebaikan itu sendiri. Iblis memutarbalikan pandangan manusia sehingga manusia kesulitan untuk berbuat baik. Iblis membuat manusia tidak menyadari bahwa telah melakukan kejahatan. Itu semua karena keterikatan manusia dengan kutuk dosa itu dan tidak adanya lagi hubungan dengan Allah.

3.      Manusia tidak memiliki hikmat

Walaupun telah mengetahui mana yang baik dan jahat, manusia tidak mempunyai hikmat sehingga mereka terkecoh oleh iblis. Hikmat itu sendiri adalah pengetahuan yang berasal dari Allah. Suatu kepandaian ataupun kebijaksanaan yang seharusnya dimiliki manusia sebagai makhluk yang serupa dengan Allah tetapi mereka tidak memilikinya lagi. Seharusnya andaikan mereka masih tinggal di taman Eden, pasti mereka bisa memiliki hikmat dan bisa makan buah dari Pohon Kehidupan (Kejadian 3:22-24) dimana orang yang memakannya akan hidup selama-lamanya. Tetapi sayangnya manusia diusir dari taman Eden dan tidak diperbolehkan lagi makan buah dari pohon kehidupan itu.  Jika saat ini manusia memiliki hikmat yang dari Tuhan, maka manusia akan bisa mendapatkan pohon kehidupan itu serta kehidupan kekal selama-lamanya. Lalu bagaimana cara mendapat hikmat itu? Ya sudah jelas kita harus hidup dekat dengan Tuhan. Jika kita mau menjalin hubungan baik dengan Tuhan, maka Tuhan akan memberikan hikmat kepada kita sehingga kita dapat hidup benar, tau mana yang baik dan jahat, serta hidup sesuai kehendak Allah.

12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. 13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, (Amsal 3:12-13)

Kita bisa memulainya dengan takut akan Tuhan karena permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. (Amsal 9:10)


Jadi, sebenernya sejak jatuh dalam dosa, manusia itu sudah bisa membedakan mana yg BAIK dan yg JAHAT, tetapi mereka terlalu sibuk untuk mencari dan saling beredebat dalam menentukan mana yg BENAR dan yg SALAH, sehingga mereka melupakan PERBUATAN BAIK dan justru malah melakukan banyak KEJAHATAN. Kita diberi hak istimewa untuk membawa kemuliaan bagi Tuhan. Kiranya orang lain melihat terang Tuhan bercahaya melalui diri kita dan terpikat oleh kebaikanNya. Karena terang sekecil apapun tetap akan bersinar di malam yang paling gelap sekalipun.

1 komentar: