Selasa, 20 Mei 2014

Hal Bersedekah


Bersedekah pada dasarnya adalah kegiatan memberikan bantuan, sumbangan, mengamalkan ataupun mendermakan sesuatu (dapat berupa uang, barang, dll) kepada fakir miskin ataupun orang-orang yang berhak menerimanya. Orang-orang yang berhak disini contohnya adalah orang-orang yang benar-benar sedang tertimpa musibah atau bencana yang memang memerlukan bantuan. Dalam memberikan sedekah, seseorang harus ikhlas dan tidak mengharapkan timbal balik dari perbuatannya itu.
Di jaman yang semakin modern ini, semakin banyak orang yang berlomba-loma untuk berbuat baik. Ditambah lagi dengan munculnya banyak bencana alam seperti banjir, gunung meletus, dan lainnya yang semakin membuat hati banyak orang tergugah untuk menolong sesamanya. Akan tetapi, masih banyak orang yang tidak mengerti bagaimana dan seperti apa sedekah yang benar itu dihadapan Tuhan.
Yesus berbicara tentang kewajiban agama di tiga bidang, yaitu memberikan sedekah (Mat 6:2-4), berdoa (Mat 6:5-8), dan berpuasa (Mat 6:16-18). Dalam kitab Matius 6:1-4 Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada kita tentang Hal Bersedekah yang benar. Dalam bersedekah hendaklah kita melakukannya dengan benar. Maksudnya adalah kita harus memiliki motivasi yang benar dalam bersedekah. Apabila orang percaya, orang awam ataupun pendeta sekalipun, berbuat baik agar dipuji orang lain atau karena alasan yang mementingkan diri sendiri, mereka akan kehilangan pahala dan pujian dari Allah. Mereka malah akan dinilai sebagai orang munafik yang berkedok hendak memuliakan Allah, namun sesungguhnya mencari kemuliaan untuk diri sendiri.
Matius 6:1   "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Kecaman Yesus terhadap pelaksanaan kewajiban keagamaan hanya agar dilihat oleh orang lain tersebut juga tidak membenarkan banyak kegiatan kristiani di masa sekarang ini. Kegiatan yang dimaksud adalah bersaing untuk menjadi yang lebih besar, membanggakan keberhasilan dalam pelayanan, dan keinginan untuk menjadi nomor satu. Hal itu jelas dilakukan bukan untuk Tuhan, tetapi untuk kepentingan pribadi.
Lalu bagaimana memberi sedekah yang baik itu?
Jika kita hendak memberi sedekah, tidak perlu kita menggembar-gemborkan apa yang telah kita sedekahkan itu. Tidak perlu kita merasa sok hebat karena kita bisa menolong sesama. Ingatlah bahwa apa yang kita berikan kepada orang lain itu adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Jangan seperti orang munafik yang memberikan sedekah hanya ingin mendapat pujian dari orang. Hal itu malah membawa kita kedalam kesombongan dan Tuhan tidak menyukainya.
Matius 6:2  Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Kita sering mendengar banyak orang mengatakan “jika kita memberi jangan sampai tangan kiri kita mengetahui apa yg diberikan oleh tangan kanan kita”. Tetapi tidak banyak yang tahu ternyata perkataan itu berasal dari Alkitab, dari perkataan Tuhan Yesus sendiri.
Matius 6:3  Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
Matius 6:4  Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Ya seperti itulah seharusnya kita memberi sedekah. Lakukanlah dengan tersembunyi dan jangan menjadi sombong karena apa yang kita berikan itu adalah milik Tuhan. Dalam melakukan kebaikan hendaklah melakukannya seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia.  Ingatlah bahwa kita adalah kepanjangan tangan Tuhan.
Kol 3:23-24  Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.


Pacaran Menurut Alkitab

Di dalam Alkitab tidak ditemukan tentang “pacaran”. Jika tidak percaya, coba saja baca keseluruhan Alkitab dari Kitab Kejadian sampai Wahyu Meskipun demikian di dalam Alkitab terdapat prinsip-prinsip tentang persiapan menuju pernikahan. Ya walaupun di dalam Alkitab tidak dijelaskan tentang pacaran tetapi Alkitab memiliki pandangan lain.
Menurut pandangan dunia mungkin pacaran adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan oleh kaum muda atau remaja. Ya memang tidaklah terlalu buruk sebenarnya jika tidak terlewat batas. Tapi cobalah lihat anak-anak sekarang. Gaya berpacaran anak-anak sekarang semakin memprihatinkan. Banyak yang terjerumus kepada hal-hal yang salah dan tidak diperbolehkan. Bahkan banyak anak-anak kecil atau anak-sekolah pun sudah berpacaran dan seolah-olah mereka mengerti tentang pacaran.
Dalam Alkitab tidak dikenal tentang pacaran, tetapi yang ada adalah persiapan menuju pernikahan. Jadi jika ada anak-anak kecil atau anak-anak remaja yang seharusnya belum cukup umur untuk menikah tetapi mereka sudah berpacaran, apakah mereka sudah siap menikah. Tentunya pasti belum siap.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memasuki jenjang pernikahan.


1.      Mau melepaskan diri dari kecemaran dunia atau tidak?
Hal yang pertama adalah kita harus melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia. Kita perlu memisahkan diri dari pandangan dunia mengenai pacaran karena cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Jangan sampai kita terjerat lagi oleh pandangan dan kecemaran dunia karena itu akan membuat keadaan kita lebih buruk dari sebelumnya.

Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (2Petrus 2:20)

2.      Sudah lahir baru atau belum?
Menurut pandangan dunia juga mungkin jika kita selalu mempunyai pacar adalah hal yang hebat. Bahwa kita istilahnya dianggap “laku” dan jika tidak punya pacar dianggap “tidak laku”. Tetapi ini bukan tentang masalah laku ataupun tidak lakunya. Kita tahu bahwa suatu barang yang gampang laku adalah barang “murahan”. Ya karena murah dan banyak orang dapat memilikinya. Tetapi pandangan Tuhan tidak seperti itu. Bagi Tuhan kita itu adalah hal yang paling berharga dimata-Nya. Oleh karena itu bersikaplah seperti sesuatu yang berharga. Sebelum memasuki hubungan pacaran, kita perlu menemukan orang seperti apa yang kita inginkan. Kita perlu mengetahui apakah orang yang bersangkutan sudah lahir baru kembali atau belum.

Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3-8)

3.      Memiliki visi yang sama atau tidak?
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah adalah apakah calon pacar kita ini memiliki keinginan yang sama untuk menjadi serupa dengan Kristus atau tidak. Karena percuma jika menjalin hubungan yang tidak memiliki visi yang sama.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (Filipi 2:5)

Mengapa hal ini penting dalam mencari pasangan hidup?


1.      Pasangan yang tidak seimbang tidak dianjurkan
Orang Kristen perlu berhati-hati jangan sampai menikahi orang yang belum percaya. Sebab persamaan apa yang bisa didapatkan? Bisakah terang bersatu dengan gelap? Hal ini malah bisa melemahkan hubungan kita dengan Kristus dan menurunkan standar dan moral kita. Ingatlah kita ini berharga di hadapan Allah dan kita pantas mendapattkan pasangan yang berharga pula dihadapan-Nya.

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korintus 6:14-15)

2.      Harus mengasihi Tuhan lebih dari segalanya
Ketika seseorang masuk dalam hubungan yang serius dengan orang lain, penting untuk mengingat untuk mengasihi Tuhan lebih dari segalanya.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Matius 10:37)

Karena jika kita mengatakan atau menganggap bahwa orang lain atau calon pasangan kita itu adalah “segalanya” bagi kita atau yang paling penting dalam hidup kita adalah seperti penyembahan berhala dan itu merupakan dosa. Hal itu juga tertulis di Galatia 5:20 dan Kolose 3:5.

3.      Menjauhkan tubuh dari kenajisan

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, (1 Korintus 6:9)
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. (1Korintus 6:13)

Jangan sampai kita menajiskan tubuh kita dengan melakukan hubungan seks pra-nikah. Karena Tubuh kita ini untuk Tuhan. Bukankah Tuhan telah memerintahkan kita untuk mempersembahkan seluruh tubuh kita kepada-Nya. Carilah pasangan hidup yang memiliki visi yang sama dengan kita untuk memuliakan Tuhan dan bukan hanya karena nafsu belaka.

Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (2 Timotius 2:22).

Hal itu karena percabulan bukan saja dosa melawan Tuhan namun juga terhadap diri sendiri.

Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (1 Korintus 6:18).

Adalah penting untuk mengasihi dan menghormati orang lain sebagaimana Anda mengasihi diri sendiri (Roma12:9-10) dan hal ini berlaku pula untuk pacaran dan pernikahan.


Mengikuti prinsip-prinsip ini adalah cara terbaik untuk memiliki dasar yang kokoh dalam pernikahan. Ini adalah salah satu keputusan yang paling penting yang Anda ambil karena ketika dua orang mau menikah. Hal ini karena mereka akan menjadi satu daging dan tidak dapat dipisahkan lagi.

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kejadian 2:24)
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. ( Matius 19:5).

Marahlah tapi Jangan Berbuat Dosa

Setiap orang pasti pernah marah. Kemarahan adalah perasaan atau emosi yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kemarahan bisa berdampak negatif jika tak terkendali. Hal itu disebabkan saat marah, manusia dapat kehilangan pengendalian diri dan penilaian objektif sehingga sangat mungkin untuk melakukan kesalahan bahkan hal-hal yang negatif. Jika kemarahan menguasai kita, maka dia dapat merusak diri kita sendiri.
Kamu mengandung rumput kering, dan melahirkan jerami; amarahmu seperti api yang memakan kamu sendiri. (Yesaya 33:11)

Apakah marah itu berdosa?
Marah itu tidak berdosa tetapi kemarahan itu dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan dosa. Sebenarnya kemarahan itu tidaklah menimbulkan dosa jika manusia bisa mengendalikannya. Tetapi jika seseorang tidak bisa mengendalikan kemarahannya atau cenderung dikuasai oleh kemarahan, ia akan mudah untuk berbuat dosa pula.

Apa akibat dari kemarahan yang tak terkendali?
1.      Kemarahan dapat menimbulkan perselisihan
Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya. (Amsal 29:22)
Orang yang cepat marah dan tidak dapat mengendalikan kemarahannya, cenderung akan banyak melakukan pelanggaran dan bahkan menimbulkan perselisihan dengan orang lain. Jika kita marah, janganlah kemarahan kita itu menimbulkan perselisian dengan orang lain. Karena banyak orang yang akhirnya bertengkar atau berselisih dengan orang lain yang awalnya diakibatkan oleh kemarahan, walaupun kadang kemarahan tersebut hanya disebabkan oleh hal-hal yang sepele. Bahkan malah menimbulkan akar kepahitan yang sulit dihilangkan. Lebih baik jika kita menahan amarah kita dan bersabar. Karena kesabaran tersebut dapat memadamkan api perselisihan.
Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan. (Amsal 15:18)
2.      Kemarahan itu membesarkan kebodohan
Seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa saat marah manusia dapat kehilangan pengendalian diri dan penilaian objektif. Artinya akal pikirannya sudah dikuasai oleh kemarahan. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan hanya mengikuti emosinya. Apa yang benar hanyalah apa yg dilihat dari perspektifnya sendiri. Jadi sama saja seperti orang yang tidak memiliki akal pikiran dan pengendalian diri. Itulah kebodohan sesungguhnya.
Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. (Amsal 14:29)
Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh. (Pengkhotbah 7:9)
3.      Kemarahan dapat menimbulkan kejahatan
Jika seseorang sudah tidak bisa mengendalikan diri, dia bisa melakukan perbuatan dosa.
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan (Mazmur 37:8)
Pada kenyataanya, kemarahan itu sebenarnya adalah hal yang tidak berguna. Hanyalah emosi sesaat yang kadang malah menimbulkan dampak yang negatif jika kita tidak bisa mengendalikannya. Di dalam Yakobus 1:20 pun dikatakan bahwa amarah manusia itu tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
(Yakobus 1:19-20) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Lalu bagaimana jika sudah terlanjur marah?
Kemarahan adalah emosi yang wajar dialami manusia. Dalam situasi tertentu pasti kita dapat marah. Tetapi jika kita sudah terlanjur marah, kendalikan diri kita agar kita tidak melakukan perbuatan dosa.
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. (Mazmur 4:5)
Jika kita sedang marah dengan seseorang, janganlah pula kita mempunyai dendam dengan orang itu. Jangan sampai ada akar kepahitan. Jika marah pada hari ini, cukuplah untuk hari ini.
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu (Efesus 4:26)

Jadi sebenarnya marah itu tidak berdosa, tetapi perbuatan yang diakibatan dari kemarahan tersebut yang dapat menimbulkan dosa. Maka marahlah tapi jangan berbuat dosa.

Rabu, 12 Februari 2014

Menyerah Bukanlah Pilihan


Lihatlah gambar di samping!
Lihatlah betapa gigihnya seekor semut yang mengangkat tiga buah kue sendirian. Semut memang adalah hewan yang tidak kenal menyerah. Mereka sangat gigih dan tekun dalam bekerja. Mereka tidak mengeluh dan tidak pernah menyerah pada kondisi apapun juga. Manusia sepertinya perlu belajar banyak dari semut ini.
Setiap orang pasti punya masalah dan pernah mengalami masalah yg sangat berat di hidupnya. Ya, memang selama kita masih tinggal di dunia, masalah akan selalu ada. Hanya orang mati yang tidak mempunyai masalah. Banyak orang yg bisa bertahan menghadapi masalah tersebut, tetapi tidak sedikit pula yg akhirnya menyerah. Memang seperti itulah kehidupan dunia. Ada banyak masalah yg harus terus kita hadapi. Dunia pun menyediakan pilihan kepada kita, dan pilihannya cuma ada dua, yaitu tetap bertahan atau menyerah. Jika kita pilih bertahan, mungkin kita bisa menyelesaikannya tp nantinya akan muncul masalah-masalah baru yg mungkin lebih berat dari sebelumnya. Jika kita memilih menyerah, ya pada kenyataannya dunia menginginkan kita memilih menyerah. Ketika menyerah, kita hanya menjadi seperti budak dunia yg selalu menuruti apa yg menjadi kehendak dunia. Padahal kita adalah anak-anak Tuhan. Tidaklah pantas kita menjadi budak dunia. Dunia membenci Tuhan dan secara tidak sadar kita juga akan dibentuk untuk membenci Tuhan jika kita menjadi budak dunia. Ingatlah bahwa kita tidak lagi berasal dari dunia tetapi Tuhan telah memilih kita dari dunia.

18 "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. 19  Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. (Yohanes 15:18-19)

Jika kita menjadi budak dunia, pasti kita akan cenderung menyalahkan Tuhan setiap kita menghadapi masalah yg berat. Menganggap Tuhan tidak pernah memperdulikan kita, padahal kitalah yg tidak memperdulikan Dia ketika Dia ingin menolong kita. Untuk itu mulai sekarang janganlah memilih menyerah dalam menghadapi masalah-masalah dunia. MENYERAH BUKANLAH PILIHAN. Pilihlah selalu bertahan dan terus berjalan dalam menghadapi setiap menghadapi masalah.
Lalu bagaimana jika kita sudah benar-benar tidak mampu menghadapinya?
Apakah kita harus menyerah juga jika sudah benar-benar tidak mampu?
Tidak. Tetaplah bertahan.

8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; 9  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
(2 Korintus 4:8-9)

Jika kita mengalami kehadiran dan kuasa Kristus dalam kehidupanmu, maka sama sekali tidak ada kesusahan, kesakitan, atau tragedi yang akan menyebabkan kekalahan rohani kita. Ketika keadaan lahiriah tidak dapat tertahankan dan sumber daya manusia sudah habis, maka sumber daya Allah diberikan untuk membesarkan iman, pengharapan, dan kekuatanmu. Bagaimanapun juga Allah tidak akan meninggalkan anak-Nya yang setia.

23  TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; 24  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. (Mazmur 37:23-24)

Jangan pula kita meminta bantuan Tuhan di saat kita benar-benar tidak mampu, tetapi mintalah Tuhan dari awal untuk menyertai kita dalam setiap permasalahan. Lakukan segala yang dikehendaki-Nya dari awal. Bukan saat kita benar-benar tidak mampu baru mau  berseru "Tuhan tolonglah aku, aku menyerah", tetapi mintalah penyertaannya dari awal.

  Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (Matius 7:21).

Lagipula Dia pun sudah menawarkan bantuannya sejak awal jika kita menyadarinya, tetapi kadang kita malah mengabaikannya dan merasa kita bisa menghadapi masalah sendirian.

  Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)

Jangan pula kita meminta bantuan kepada Tuhan di saat-saat terakhir, tapi mintalah Tuhan untuk menyertai kita dari awal hingga akhir. Jangan pernah menyerah dalam situasi apapun karena menyerah bukanlah pilihan. Pilihlah untuk terus bertahan. Jangan pernah abaikan Tuhan, karena Dia tidak pernah mengabaikan kita. Dia akan selalu menyertai kita setiap saat dan tidak ada yang bisa memisahkan kita dengan Dia asalkan kita tetap setia. Berjaga-jagalah selalu dan teruslah berfokus kepada Tuhan.

35  Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
36  Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
37  Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
38  Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
39  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
(Roma 8:35-39)

Senin, 10 Februari 2014

Benar-Salah itu Relatif, Baik-Jahat itu Absolut



Benar-Salah itu Relatif

Berbicara tentang sesuatu yang relatif berarti berbicara tentang sesuatu yang tidak tetap, sesuatu yang dapat berubah, dan sesuatu yang bisa dipandang dengan perspektif yang berbeda. Benar-salah dapat dikatakan relatif karena sesuatu yang dianggap benar atau salah tergantung dari bagaimana perspektifnya.

Bagaimana contoh nyata bahwa benar-salah itu relatif?

Sebenarnya ada banyak contoh nyata yang menunjukan bahwa sesuatu yang benar ataupun salah itu relatif. Apakah anda tahu apa yang menjadi enyebab konflik di seluruh dunia? Ya penyebabnya adalah tentang “kebenaran”. Perang dunia 1 dan 2 terjadi karena masing-masing dari mereka membela apa yang benar menurut mereka. Konflik-konflik sosial ataupun keagamaan terjadi juga karena masing-masing dari mereka membela apa yang benar bagi mereka. Bahkan mungkin jika kita berdebat dengan orang lain, kita akan merasa benar dan lawan debat kita pun akan merasa benar.

 Tetapi sebenarnya apa yang kita anggap benar itu belum tentu benar pula bagi orang lain. Hitler yang merupakan pemimpin Nazi merasa dirinya paling benar, tetapi dunia menganggap sebaliknya. Hitler merasa rasnya lah yang paling hebat di dunia tetapi nyatanya banyak orang yang menentangnya hingga akhirnya dia lengser. Tokoh-tokoh dunia seperti Nelson Mandela pun juga walaupun sudah melakukan sesuatu yang benar tetapi mereka malah dianggap salah dan dipenjarakan bahkan banyak yang dibunuh. Bahkan Tuhan Yesus pun walaupun Dia telah memberitakan kebenaran yang sesungguhnya tetapi banyak yang menganggap Dia bersalah dan malah Dia disalibkan oleh kaumnya sendiri.

Kita harus menyadari bahwa sesuatu yang dianggap benar itu tidaklah selamanya bisa dianggap benar.  Dulu dunia meyakini bumi adalah pusat dari tata surya. Dulu. Itu benar. Hingga Copernicus menguatkan teori Galileo Galilei. Dulu orang beranggapan tidaklah mungkin manusia bisa terbang hingga akhirnya ditemukannya pesawat. Dahulu adalah sesuatu yang tidak mungkin jika kita bisa berbicara dengan orang lain secara langsung dari jarak jauh hingga ditemukannya telepon yang mengubah dunia.

Baik-Jahat itu Absolut

Kadang memang kita terlalu sibuk berdebat untuk menentukan sesutu yang benar hingga lupa berbuat kebaikan. Padahal kebenaran itu bersifat relatif bagaimana cara kita memandangnya. Tetapi yang mutlak/absolut adalah kebaikan. Ya, sesuatu yang baik dan jahat itu adalah sesuatu yang sudah pasti. Misalnya seperti membunuh. Kita tau membunuh itu perbuatan jahat dan tidak bisa dibilang baik. Tetapi membunuh bisa dibilang salah karena perbuatan jahat, bisa juga dibilang benar jika dalam kondisi tertentu misalnya saat berperang. Jika saat berperang tidak membunuh musuh, ada kemungkinan kitalah yang akan dibunuh oleh musuh.

 Seharusnya sejak jatuh dalam dosa, manusia itu sudah bisa membedakan mana yg BAIK dan yg JAHAT. Pada saat itu Tuhan telah membuat taman Eden untuk tempat tinggal manusia. Di dalamnya terdapat segala kebutuhan manusia. Saat itu Tuhan hanya memberikan sebuah perintah kepada manusia yaitu tidak boleh memakan buah dari pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat. Tetapi apa yang terjadi? Manusia tidak menaatinya dan memberontak kepada Allah sehingga mereka jatuh kedalam dosa. Maka akhirnya manusia diusir dari taman Eden dan tidak diperbolehkan kembali lagi.

Jadi sebenarnya sejak jatuh ke dalam dosa, manusia sudah bisa membedakan yang baik dan jahat sama seperti Allah. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah walaupun sudah bisa membedakan yang baik dan jahat, kenapa manusia masih berbuat kejahatan dalam hidupnya??

1.      Manusia sudah mati karena dosa

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. (Kejadian 2:16-17)

Mati disini bukan berarti mereka meninggal dunia, tetapi adalah putusnya hubungan dengan Allah. Allah sudah memperingatkan mereka untuk tidak memakan buah tersebut tetapi mereka melanggarnya sehingga mereka mati. Sebelumnya manusia bisa dengan bebas bertemu Allah, berkomunikasi dan berinteraksi, tetapi setelah jatuh kedalam dosa ada jurang yang memisahkan itu semua sehingga manusia sudah putus hubungan dengan Allah. Manusia tidak lagi bisa melihat Allah serta kebenarannya. Manusia tidak memiliki lagi keselarasan pandangan dengan Allah. Itulah sebabnya manusia masih saja berbuat kejahatan dan tidak menyadarinya karena mereka menganggap apa yang dikakukannya itu benar bagi mereka, tetapi tidak bagi Allah.

2.      Manusia terikat oleh kutuk dosa

16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." 17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18  semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19  dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:16-19)

Manusia tidak dapat melihat kebenaran yang sesungguhnya karena mereka masih terikat dengan dosa. Allah mengutuk manusia itu sehingga ia harus bersusah payah dalam hidup. Padahal sebelumnya di taman Eden mereka bisa saja hidup enak tanpa harus bersusah payah tetapi saat putus hubungan dengan Allah, mereka tidak dapat menikmati itu semua. Oleh karena mereka sudah terikat dengan dosa, iblis dengan sangat leluasa bisa menyesatkan manusia. Iblis membuat manusia yang walaupun sudah bisa membedakan yang baik dan jahat menjadi tidak memahami kebaikan itu sendiri. Iblis memutarbalikan pandangan manusia sehingga manusia kesulitan untuk berbuat baik. Iblis membuat manusia tidak menyadari bahwa telah melakukan kejahatan. Itu semua karena keterikatan manusia dengan kutuk dosa itu dan tidak adanya lagi hubungan dengan Allah.

3.      Manusia tidak memiliki hikmat

Walaupun telah mengetahui mana yang baik dan jahat, manusia tidak mempunyai hikmat sehingga mereka terkecoh oleh iblis. Hikmat itu sendiri adalah pengetahuan yang berasal dari Allah. Suatu kepandaian ataupun kebijaksanaan yang seharusnya dimiliki manusia sebagai makhluk yang serupa dengan Allah tetapi mereka tidak memilikinya lagi. Seharusnya andaikan mereka masih tinggal di taman Eden, pasti mereka bisa memiliki hikmat dan bisa makan buah dari Pohon Kehidupan (Kejadian 3:22-24) dimana orang yang memakannya akan hidup selama-lamanya. Tetapi sayangnya manusia diusir dari taman Eden dan tidak diperbolehkan lagi makan buah dari pohon kehidupan itu.  Jika saat ini manusia memiliki hikmat yang dari Tuhan, maka manusia akan bisa mendapatkan pohon kehidupan itu serta kehidupan kekal selama-lamanya. Lalu bagaimana cara mendapat hikmat itu? Ya sudah jelas kita harus hidup dekat dengan Tuhan. Jika kita mau menjalin hubungan baik dengan Tuhan, maka Tuhan akan memberikan hikmat kepada kita sehingga kita dapat hidup benar, tau mana yang baik dan jahat, serta hidup sesuai kehendak Allah.

12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. 13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, (Amsal 3:12-13)

Kita bisa memulainya dengan takut akan Tuhan karena permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. (Amsal 9:10)


Jadi, sebenernya sejak jatuh dalam dosa, manusia itu sudah bisa membedakan mana yg BAIK dan yg JAHAT, tetapi mereka terlalu sibuk untuk mencari dan saling beredebat dalam menentukan mana yg BENAR dan yg SALAH, sehingga mereka melupakan PERBUATAN BAIK dan justru malah melakukan banyak KEJAHATAN. Kita diberi hak istimewa untuk membawa kemuliaan bagi Tuhan. Kiranya orang lain melihat terang Tuhan bercahaya melalui diri kita dan terpikat oleh kebaikanNya. Karena terang sekecil apapun tetap akan bersinar di malam yang paling gelap sekalipun.