Selasa, 20 Mei 2014

Hal Bersedekah


Bersedekah pada dasarnya adalah kegiatan memberikan bantuan, sumbangan, mengamalkan ataupun mendermakan sesuatu (dapat berupa uang, barang, dll) kepada fakir miskin ataupun orang-orang yang berhak menerimanya. Orang-orang yang berhak disini contohnya adalah orang-orang yang benar-benar sedang tertimpa musibah atau bencana yang memang memerlukan bantuan. Dalam memberikan sedekah, seseorang harus ikhlas dan tidak mengharapkan timbal balik dari perbuatannya itu.
Di jaman yang semakin modern ini, semakin banyak orang yang berlomba-loma untuk berbuat baik. Ditambah lagi dengan munculnya banyak bencana alam seperti banjir, gunung meletus, dan lainnya yang semakin membuat hati banyak orang tergugah untuk menolong sesamanya. Akan tetapi, masih banyak orang yang tidak mengerti bagaimana dan seperti apa sedekah yang benar itu dihadapan Tuhan.
Yesus berbicara tentang kewajiban agama di tiga bidang, yaitu memberikan sedekah (Mat 6:2-4), berdoa (Mat 6:5-8), dan berpuasa (Mat 6:16-18). Dalam kitab Matius 6:1-4 Tuhan Yesus telah mengajarkan kepada kita tentang Hal Bersedekah yang benar. Dalam bersedekah hendaklah kita melakukannya dengan benar. Maksudnya adalah kita harus memiliki motivasi yang benar dalam bersedekah. Apabila orang percaya, orang awam ataupun pendeta sekalipun, berbuat baik agar dipuji orang lain atau karena alasan yang mementingkan diri sendiri, mereka akan kehilangan pahala dan pujian dari Allah. Mereka malah akan dinilai sebagai orang munafik yang berkedok hendak memuliakan Allah, namun sesungguhnya mencari kemuliaan untuk diri sendiri.
Matius 6:1   "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Kecaman Yesus terhadap pelaksanaan kewajiban keagamaan hanya agar dilihat oleh orang lain tersebut juga tidak membenarkan banyak kegiatan kristiani di masa sekarang ini. Kegiatan yang dimaksud adalah bersaing untuk menjadi yang lebih besar, membanggakan keberhasilan dalam pelayanan, dan keinginan untuk menjadi nomor satu. Hal itu jelas dilakukan bukan untuk Tuhan, tetapi untuk kepentingan pribadi.
Lalu bagaimana memberi sedekah yang baik itu?
Jika kita hendak memberi sedekah, tidak perlu kita menggembar-gemborkan apa yang telah kita sedekahkan itu. Tidak perlu kita merasa sok hebat karena kita bisa menolong sesama. Ingatlah bahwa apa yang kita berikan kepada orang lain itu adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Jangan seperti orang munafik yang memberikan sedekah hanya ingin mendapat pujian dari orang. Hal itu malah membawa kita kedalam kesombongan dan Tuhan tidak menyukainya.
Matius 6:2  Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Kita sering mendengar banyak orang mengatakan “jika kita memberi jangan sampai tangan kiri kita mengetahui apa yg diberikan oleh tangan kanan kita”. Tetapi tidak banyak yang tahu ternyata perkataan itu berasal dari Alkitab, dari perkataan Tuhan Yesus sendiri.
Matius 6:3  Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
Matius 6:4  Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Ya seperti itulah seharusnya kita memberi sedekah. Lakukanlah dengan tersembunyi dan jangan menjadi sombong karena apa yang kita berikan itu adalah milik Tuhan. Dalam melakukan kebaikan hendaklah melakukannya seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia.  Ingatlah bahwa kita adalah kepanjangan tangan Tuhan.
Kol 3:23-24  Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.


Pacaran Menurut Alkitab

Di dalam Alkitab tidak ditemukan tentang “pacaran”. Jika tidak percaya, coba saja baca keseluruhan Alkitab dari Kitab Kejadian sampai Wahyu Meskipun demikian di dalam Alkitab terdapat prinsip-prinsip tentang persiapan menuju pernikahan. Ya walaupun di dalam Alkitab tidak dijelaskan tentang pacaran tetapi Alkitab memiliki pandangan lain.
Menurut pandangan dunia mungkin pacaran adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan oleh kaum muda atau remaja. Ya memang tidaklah terlalu buruk sebenarnya jika tidak terlewat batas. Tapi cobalah lihat anak-anak sekarang. Gaya berpacaran anak-anak sekarang semakin memprihatinkan. Banyak yang terjerumus kepada hal-hal yang salah dan tidak diperbolehkan. Bahkan banyak anak-anak kecil atau anak-sekolah pun sudah berpacaran dan seolah-olah mereka mengerti tentang pacaran.
Dalam Alkitab tidak dikenal tentang pacaran, tetapi yang ada adalah persiapan menuju pernikahan. Jadi jika ada anak-anak kecil atau anak-anak remaja yang seharusnya belum cukup umur untuk menikah tetapi mereka sudah berpacaran, apakah mereka sudah siap menikah. Tentunya pasti belum siap.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memasuki jenjang pernikahan.


1.      Mau melepaskan diri dari kecemaran dunia atau tidak?
Hal yang pertama adalah kita harus melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia. Kita perlu memisahkan diri dari pandangan dunia mengenai pacaran karena cara Tuhan berbeda dengan cara dunia. Jangan sampai kita terjerat lagi oleh pandangan dan kecemaran dunia karena itu akan membuat keadaan kita lebih buruk dari sebelumnya.

Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (2Petrus 2:20)

2.      Sudah lahir baru atau belum?
Menurut pandangan dunia juga mungkin jika kita selalu mempunyai pacar adalah hal yang hebat. Bahwa kita istilahnya dianggap “laku” dan jika tidak punya pacar dianggap “tidak laku”. Tetapi ini bukan tentang masalah laku ataupun tidak lakunya. Kita tahu bahwa suatu barang yang gampang laku adalah barang “murahan”. Ya karena murah dan banyak orang dapat memilikinya. Tetapi pandangan Tuhan tidak seperti itu. Bagi Tuhan kita itu adalah hal yang paling berharga dimata-Nya. Oleh karena itu bersikaplah seperti sesuatu yang berharga. Sebelum memasuki hubungan pacaran, kita perlu menemukan orang seperti apa yang kita inginkan. Kita perlu mengetahui apakah orang yang bersangkutan sudah lahir baru kembali atau belum.

Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3-8)

3.      Memiliki visi yang sama atau tidak?
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah adalah apakah calon pacar kita ini memiliki keinginan yang sama untuk menjadi serupa dengan Kristus atau tidak. Karena percuma jika menjalin hubungan yang tidak memiliki visi yang sama.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (Filipi 2:5)

Mengapa hal ini penting dalam mencari pasangan hidup?


1.      Pasangan yang tidak seimbang tidak dianjurkan
Orang Kristen perlu berhati-hati jangan sampai menikahi orang yang belum percaya. Sebab persamaan apa yang bisa didapatkan? Bisakah terang bersatu dengan gelap? Hal ini malah bisa melemahkan hubungan kita dengan Kristus dan menurunkan standar dan moral kita. Ingatlah kita ini berharga di hadapan Allah dan kita pantas mendapattkan pasangan yang berharga pula dihadapan-Nya.

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korintus 6:14-15)

2.      Harus mengasihi Tuhan lebih dari segalanya
Ketika seseorang masuk dalam hubungan yang serius dengan orang lain, penting untuk mengingat untuk mengasihi Tuhan lebih dari segalanya.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Matius 10:37)

Karena jika kita mengatakan atau menganggap bahwa orang lain atau calon pasangan kita itu adalah “segalanya” bagi kita atau yang paling penting dalam hidup kita adalah seperti penyembahan berhala dan itu merupakan dosa. Hal itu juga tertulis di Galatia 5:20 dan Kolose 3:5.

3.      Menjauhkan tubuh dari kenajisan

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, (1 Korintus 6:9)
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. (1Korintus 6:13)

Jangan sampai kita menajiskan tubuh kita dengan melakukan hubungan seks pra-nikah. Karena Tubuh kita ini untuk Tuhan. Bukankah Tuhan telah memerintahkan kita untuk mempersembahkan seluruh tubuh kita kepada-Nya. Carilah pasangan hidup yang memiliki visi yang sama dengan kita untuk memuliakan Tuhan dan bukan hanya karena nafsu belaka.

Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (2 Timotius 2:22).

Hal itu karena percabulan bukan saja dosa melawan Tuhan namun juga terhadap diri sendiri.

Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (1 Korintus 6:18).

Adalah penting untuk mengasihi dan menghormati orang lain sebagaimana Anda mengasihi diri sendiri (Roma12:9-10) dan hal ini berlaku pula untuk pacaran dan pernikahan.


Mengikuti prinsip-prinsip ini adalah cara terbaik untuk memiliki dasar yang kokoh dalam pernikahan. Ini adalah salah satu keputusan yang paling penting yang Anda ambil karena ketika dua orang mau menikah. Hal ini karena mereka akan menjadi satu daging dan tidak dapat dipisahkan lagi.

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kejadian 2:24)
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. ( Matius 19:5).

Marahlah tapi Jangan Berbuat Dosa

Setiap orang pasti pernah marah. Kemarahan adalah perasaan atau emosi yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kemarahan bisa berdampak negatif jika tak terkendali. Hal itu disebabkan saat marah, manusia dapat kehilangan pengendalian diri dan penilaian objektif sehingga sangat mungkin untuk melakukan kesalahan bahkan hal-hal yang negatif. Jika kemarahan menguasai kita, maka dia dapat merusak diri kita sendiri.
Kamu mengandung rumput kering, dan melahirkan jerami; amarahmu seperti api yang memakan kamu sendiri. (Yesaya 33:11)

Apakah marah itu berdosa?
Marah itu tidak berdosa tetapi kemarahan itu dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan dosa. Sebenarnya kemarahan itu tidaklah menimbulkan dosa jika manusia bisa mengendalikannya. Tetapi jika seseorang tidak bisa mengendalikan kemarahannya atau cenderung dikuasai oleh kemarahan, ia akan mudah untuk berbuat dosa pula.

Apa akibat dari kemarahan yang tak terkendali?
1.      Kemarahan dapat menimbulkan perselisihan
Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya. (Amsal 29:22)
Orang yang cepat marah dan tidak dapat mengendalikan kemarahannya, cenderung akan banyak melakukan pelanggaran dan bahkan menimbulkan perselisihan dengan orang lain. Jika kita marah, janganlah kemarahan kita itu menimbulkan perselisian dengan orang lain. Karena banyak orang yang akhirnya bertengkar atau berselisih dengan orang lain yang awalnya diakibatkan oleh kemarahan, walaupun kadang kemarahan tersebut hanya disebabkan oleh hal-hal yang sepele. Bahkan malah menimbulkan akar kepahitan yang sulit dihilangkan. Lebih baik jika kita menahan amarah kita dan bersabar. Karena kesabaran tersebut dapat memadamkan api perselisihan.
Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan. (Amsal 15:18)
2.      Kemarahan itu membesarkan kebodohan
Seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa saat marah manusia dapat kehilangan pengendalian diri dan penilaian objektif. Artinya akal pikirannya sudah dikuasai oleh kemarahan. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan hanya mengikuti emosinya. Apa yang benar hanyalah apa yg dilihat dari perspektifnya sendiri. Jadi sama saja seperti orang yang tidak memiliki akal pikiran dan pengendalian diri. Itulah kebodohan sesungguhnya.
Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. (Amsal 14:29)
Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh. (Pengkhotbah 7:9)
3.      Kemarahan dapat menimbulkan kejahatan
Jika seseorang sudah tidak bisa mengendalikan diri, dia bisa melakukan perbuatan dosa.
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan (Mazmur 37:8)
Pada kenyataanya, kemarahan itu sebenarnya adalah hal yang tidak berguna. Hanyalah emosi sesaat yang kadang malah menimbulkan dampak yang negatif jika kita tidak bisa mengendalikannya. Di dalam Yakobus 1:20 pun dikatakan bahwa amarah manusia itu tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
(Yakobus 1:19-20) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Lalu bagaimana jika sudah terlanjur marah?
Kemarahan adalah emosi yang wajar dialami manusia. Dalam situasi tertentu pasti kita dapat marah. Tetapi jika kita sudah terlanjur marah, kendalikan diri kita agar kita tidak melakukan perbuatan dosa.
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. (Mazmur 4:5)
Jika kita sedang marah dengan seseorang, janganlah pula kita mempunyai dendam dengan orang itu. Jangan sampai ada akar kepahitan. Jika marah pada hari ini, cukuplah untuk hari ini.
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu (Efesus 4:26)

Jadi sebenarnya marah itu tidak berdosa, tetapi perbuatan yang diakibatan dari kemarahan tersebut yang dapat menimbulkan dosa. Maka marahlah tapi jangan berbuat dosa.